« Home | Chevening pada 'pukulan ketiga' » | Selamat Ulang Tahun, Shakespeare! » | Is Globalisation a New? (part 1) » | Are we observing earth's sustainable destruction? » | Bumi Manusia, Pembawa Perubahan.. » | Hai Arianto! » | Sekelumit Kisah tentang Sebuah Negeri Bernama "Est... » | Memburu Beasiswa, Upaya Mengubah Nasib (1): » | How to improve your English » | Not In My Backyard » 

13 June 2006 

Ketika Eriksson dan masyarakat Inggris bertaruh…

Israr Ardiansyah, London
for Koran Seputar Indonesia, 13 Juni 2006

Banyak pecandu bola di Inggris menganggap Sven-Goran Eriksson adalah petaruh besar dengan memasang Theo Walcott dalam jajaran pasukan ‘The Three Lions’ untuk Piala Dunia 2006. Walcott, yang sebelumnya tidak pernah tampil dalam tim senior Arsenal-- klubnya, dianggap merupakan pertaruhan terbesar pelatih asal Swedia itu.

Lemahnya barisan depan Inggris dalam pertandingan perdananya melawan Paraguay (Sabtu, 10/06) membuat masyarakat Inggris kembali mempertanyakan pilihan Eriksson yang juga memulangkan forward Spurs Jermain Defoe. Tentu saja kesempatan ini merupakan momen emas bagi para petaruh Inggris. Ya, apa saja bisa dijadikan taruhan bagi orang yang gemar melihat peluang itu. Bahkan, siapa yang bakal dieliminasi dari reality show ‘Big Brother’ saat ini pun dijadikan sarana taruhan masyarakat Inggris, mirip seperti ketika sebagian masyarakat Indonesia mengirim SMS untuk mendukung pujaannya dalam reality show sekaligus mengharapkan--siapa tahu--mendapat hadiah mobil.

Camelot Group, penyelenggara National Lottery, brand lotere paling terkenal di Inggris, dalam laporan terbarunya menyebutkan bahwa penjualan mereka mencapai rekor tertinggi selama ini. Disebutkannya, National Lottery tersebut telah dimainkan oleh 70 persen penduduk Inggris setiap minggunya. Hal ini mengkonfirmasikan penelitian Elliot Coups, Geoffrey Haddock, dan Paul Webley dari University of Exeter beberapa tahun lampau. Coups dan rekan-rekannya menyatakan bahwa lotere telah menjadi aktivitas sosial masyarakat Inggris. Di samping itu, diindikasikan penggemarnya mempunyai kaitan dengan aktivitas perjudian lain di negeri Ratu Elizabeth II ini.

Bahkan, sejak Chancellor of the Exchequer (menteri keuangan) Gordon Brown memotong pajak taruhan pada tahun 2001, uang yang dikeluarkan bangsa Inggris untuk bertaruh telah meningkat tujuh kali lipat di mana diperkirakan tahun 2005 saja jumlah itu mencapai 50 miliar poundsterling (satu Poundsterling saat ini setara dengan Rp 17.200,00).

Besarnya pendapatan para ‘bandar’ bisa dilihat dari besarnya dana yang diberikan Heritage Lottery Fund untuk koleksi museum-museum Inggris. Sejumlah renovasi besar bangunan bersejarah, pembelian koleksi lukisan maestro abad pertengahan untuk National Gallery, dan sejumlah penelitian tidak lepas dari dana ini. Situs www.gamble.co.uk memaparkan bahwa perusahaan online gambling Mansion—yang dimiliki pengusaha Putera Sampoerna –mulai bulan Juli 2006 akan resmi menjadi sponsor klub liga primer Tottenham Hotspur dengan nilai kontrak 34 juta poundsterling. Bahkan, Olimpiade London 2012 juga diperkirakan akan mendapat kucuran dana sebesar 1,5 miliar poundsterling dari lotere.

Meskipun begitu, fenomena taruhan ini juga mendapat kritik besar oleh sejumlah elemen di masyarakat. Harian ‘The Independent’ dalam headlinenya tanggal 25 Mei lalu mengulas fenomena ‘Gambling Nation’, boom besar-besaran dalam fenomena taruhan di Inggris. Mengutip kegelisahan gereja Metodis, judi dan taruhan telah menghasilkan sekitar 370 ribu petaruh bermasalah saat ini.

Sementara, kelompok amal untuk menyantuni ‘korban taruhan’ GamCare menyatakan bahwa telah terjadi 41,3% peningkatan jumlah orang yang mencari bantuan akibat terkait masalah taruhan pada tahun 2005. Diperkirakan pula, jumlah petaruh bermasalah akan mencapai 700.000 dalam lima tahun mendatang, sebuah jumlah yang cukup besar apabila dibandingkan dengan penduduk Inggris yang menurut perkiraan tahun 2005 berjumlah sekitar 60 juta. Itulah sebabnya, organisasi berbasis gereja The Salvation Army (Bala Keselamatan) juga gencar mendesak pemerintah Inggris untuk melindungi generasi muda dari ‘mempertaruhkan masa depannya’.

Lalu, bagaimana dengan Piala Dunia 2006? Harian The Independent memperkirakan uang senilai 1,3 miliar poundsterling dipertaruhkan masyarakat Inggris khusus pada ritual empat tahunan ini. Sebagai ilustrasi dari sebuah kedai taruhan di kawasan Muswell Hill, London, seorang yang memasang taruhan sebesar 10 poundsterling untuk Michael Owen sebagai pencetak gol pertama Inggris ke gawang Paraguay—ditambah sejumlah kombinasi pilihan lain-- bisa meraup hampir 1000 poundsterling di sebuah pasar taruhan swasta. Tentu saja, jutaan petaruh Sabtu kemarin ‘gigit jari’ dan sang bandar untung besar ketika hasil pertandingan perdana kemarin berakhir 1-0 dengan gol bunuh diri Paraguay yang diciptakan kaptennya, Carlos Gamarra.

Komposisi pemain yang diturunkan Sven-Goran Eriksson pun tidak luput dari perhatian publik Inggris, begitu pula dengan bisa tidaknya Inggris lolos dari pertandingan grup atau bahkan menjuarainya. Sejumlah penyelenggara lotere swasta seperti Bet365, BlueSq, Coral, Mills, Ladbroke, St. James dan SkyBet membuka pasar taruhan dengan berbagai alternatif hasil terkait prestasi tim Inggris, yang mencakup hal detail seperti urutan pencetak gol bagi kesebelasan St. George tersebut.

Desakan masyarakat Inggris agar Eriksson memberikan kejutan di pertandingan berikutnya dengan memainkan ‘si bocah ajaib’ Wayne Rooney kembali meningkat. Sementara, publik Inggris kembali bertaruh. Beberapa pengamat bola masih menyayangkan tersingkirnya Jermain Defoe dari squad Inggris, tetapi banyak pula yang kembali berspekulasi mengenai penampilan Walcott atau Rooney. Mungkinkah Rooney akan segera diturunkan Eriksson, seperti ucapannya yang menyatakan dia berhak memainkan siapa saja? Mungkinkah Inggris memperbaiki lini depannya? Sungguh, saya menonton saja, tidak mau bertaruh …!

About us

Quote of the Day

Syndication & Statistic

    Syndicate this site (XML)

    Subscribe to Brainstorm

    Add to Google

    Blogger Templates

    eXTReMe Tracker